Sabtu, 11 Desember 2010

Endapan Placer

Bab I
PENDAHULUAN
Sebagian besar aluvium yang mengandung mineral-mineral berat berharga berasal dari wilayah-wilayah paparan benua tempat proses daur ulang mineral-mineral stabil memainkan peran penting dalam transportasi dan pembentukan konsentrasi akhir mineral-mineral dimaksud. Pulau Kalimantan sebagai bagian dari paparan benua berpeluang besar menyediakan kondisi atau lingkungan pengendapan placer dengan kandungan zirkon karena dibentuk oleh terutama batuan beku dari seri kalk-alkali hingga alkali (granit, granodiorit, tonalit, dan monzonit) yang dianggap sebagai sumber utama pemasok mineral zirkon; memiliki stabilitas wilayah untuk periode panjang yang menjadi persyaratan utama penunjang kesinambungan proses pelapukan, transportasi dan pembentukan lingkungan pengendapan aluvium dan terletak di wilayah beriklim tropis dengan kelembaban tinggi. Dalam kondisi tersebut proses pelapukan mekanik dan kimiawi memainkan peran penting dalam pemisahan zirkon dari batuan sumbernya.
Endapan placer benua dari kategori sublingkungan fluviatil, diperkirakan dapat membentuk sebaran antara wilayah pegunungan dan laut, dengan jangkauan luas dan dimungkinkan membentuk reservoir bervolume besar mengandung zirkon. Teridentifikasinya zirkon (berasosiasi dengan emas atau intan) dari konsentrat hasil pendulangan placer dari aluvium di daerah-daerah tertentu dalam wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, telah menjadi salah satu bukti betapa luasnya distribusi pengendapan zirkon pada sublingkungan fluviatil dalam kedua wilayah tersebut. Informasi penting ini memberikan inspirasi tentang kemungkinan eksplorasi sebaran pengendapan placer mengandung zirkon pada sublingkungan fluviatil di seluruh wilayah Pulau Kalimantan, tanpa mengabaikan sebaran placer transisi dari kategori sublingkungan garis pantai dan laut yang juga berpeluang mengandung zirkon bernilai ekonomis.
Studi terhadap placer dan keterjadiannya menjadi penting terutama berkaitan dengan perencanaan eksplorasi terhadap sebaran endapan zirkon bernilai ekonomis di seluruh Pulau Kalimantan. Penekanan studi adalah terhadap ling­kungan pengendapan placer dalam wilayah paparan benua, tempat pelapukan mekanis dan kimiawi sangat berperan dalam proses pemisahan zirkon dari batuan sumbernya serta sistem aliran sungai yang memainkan peran penting dalam transportasi dan akumulasi pada cekungan-cekungan sedimen yang sesuai.
BAB II
PEMBAHASAN

a.       Mineral Zirkon (ZrSiO4)
Zirkon merupakan salah satu batuhias (gem­stone) dengan kekerasan 7,5, beraneka warna dan berbentuk kristal tetragonal prismatik; membuat mineral ini mempunyai daya tarik tinggi. Mineral ini sering ditemukan mengandung jejak unsur radio­aktif di dalam struktur kristalnya sehingga bersifat metamik dan tidak stabil, akan menjadi stabil apabila dipanaskan hingga suhu tertentu. Zirkon dengan daya tahan tinggi terhadap pelapukan dan abrasi biasanya membentuk konsentrasi bernilai ekono­mis di daerah-daerah pantai dan gosong pasir yang terletak berkilo-kilometer dari sumbernya.
Pada beberapa kasus, zirkon bersama mineral-mineral berat lain seperti turmalin, fluorit, rutil, dan anatase dapat terbentuk dalam batuan sedimen dolomi­tan melalui proses autogenik; sementara apabila berkaitan dengan kelompok spesifik batuan beku dapat berasosiasi dengan lingkungan pneumatolitik dan kadang-kadang dengan proses paragenesis.
Mineral zirkon dapat ditemukan sebagai butir-butir kristal berukuran kecil di dalam sebagian besar batuan beku dan beberapa batuan metamorf, tersebar dalam jumlah jarang melebihi 1% dari total massa batuan. Secara umum konsentrasi mineral zirkon terbentuk sebagai rombakan di dalam aluvium dan sering berasosiasi dengan mineral berat lain seperti ilmenit, monazit, rutil, dan xenotim.
b.      Endapan Placer
Cebakan mineral alochton  dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.
c.       Lingkungan Pengendapan Placer
Placer adalah jenis spesifik aluvium yang dibentuk oleh proses sedimentasi selama periode waktu panjang dan mengandung konsentrasi pasir, kerikil, mineral-mineral logam dan batu-batu hias. Lingkungan placer dibedakan dari lingkungan sedimen lainnya karena sangat dipengaruhi oleh sumber batuan asal dan kondisi geomorfologi tempat pengendapannya, antara lain:
§  Batuan sebagai sumber geologi, yang menen­tukan diendapkannya jenis-jenis mineral di dalam placer.
§  Iklim dan kondisi kimiawi, merupakan ga­bungan penentu terjadinya tingkat dan bentuk mine­ral-mineral setelah dibebaskan dari sumbernya.
§  Kondisi geometris dan batas permukaan, yang mencerminkan kendala-kendala fisik pada saat transportasi dan pengendapan.
§  Unsur-unsur perubahan lingkungan, yang mengubah pola penyebaran mineral.
Sedimen pada lereng dan saluran di sekitar hulu sungai telah tersingkap oleh kekuatan subareal yang bersifat merusak hanya dalam waktu singkat, oleh karena itu terdiri atas tipe dan ukuran lanau dan koloida. Sementara endapan sedimen pantai biasanya telah mengalami perjalanan berjarak jauh dan melalui banyak daur pelapukan dan erosi, se­hingga partikel sedimen di dalamnya secara garis
Mengingat bahwa Pulau Kalimantan merupakan bagian dari paparan benua dan dianggap memiliki stabilitas wilayah untuk terbentuknya lingkungan pengendapan placer benua yang luas, maka perlu dipahami bagaimana proses keterjadian endapan tersebut. Berdasarkan keterkaitan placer dengan teknis eksplorasi dan penambangannya, Macdonald (1983) membagi lingkungan pengendapan placer atas: benua, transisi dan laut; dimana yang pertama terdiri atas sublingkungan eluvial, koluvial, fluvia­til, gurun, dan glacial.
Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:
Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.
-       Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).
-       Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).
-       Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat. Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan padaterrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.
Mineral yang terdapat dalam endapan placer.  Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.
KESIMPULAN
     Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
     Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

DAFTAR PUSTAKA
Diunduh pada tanggal 2 November 2010 pada tanggal 12:51

Jumat, 10 Desember 2010

My Motivator, Mario Teguh

Mencintai satu jiwa
karena kualitas dan kelebihannya
adalah sesuatu yang wajar dan
mudah untuk dilakukan.

Tetapi,

Mencintai karena kekurangan
dan kelemahan seseorang,
itu bukan kemampuan dari jiwa-jiwa biasa.

Tuhan mencintai kita
bukan karena kita sempurna
tetapi karena kita menyerahkan diri
bersama semua kekurangan kita.

Hanya Tuhan,
yang mampu sepenuhnya mencintai kita
beserta semua kelemahan kita.


Proses Pemfosilan atau Fosilisasi beserta penjelasan TRACE FOSSIL

A.      Pengertian Fosil
Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah”. Fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang telah berlalu.
Fosil mahluk hidup terbentuk ketika mahluk hidup pada zaman dahulu (lebih dari 11.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir dan kemudian jasadnya tertutup oleh endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut akan mengeras menjadi batu di sekeliling mahluk hidup yang terkubur tersebut.
Dari fosil yang ditemukan, yang paling banyak jumlahnya adalah yang sangat lembut ukurannya seperti serbuk sari, misalnnya foraminifera, ostracoda dan radiolarian. Sedangkan, hewan yang besar biasanya hancur bercerai-cerai dan bagian tertentu yang ditemukan sebagai fosil.
Bentuk fosil ada dua macam yaitu fosil cetakan dan jejak fosil. Fosil cetakan terjadi jika kerangka mahluk hidup yang terjebak di endapan lumpur meninggalkan bekas (misalnya tulang) pada endapan tersebut yang membentuk cetakan. Jika cetakan tersebut berisi lagi dengan endapan lumpur maka akan terbentuk jejak fosil persis seperti kerangka aslinya.
Berdasarkan ukurannya, jenis fosil dibagi menjadi :
a. Macrofossil (Fosil Besar) , dipelajari tanpa menggunakan alat bantu
b. Microfossil (Fosil Kecil), dipelajari dengan alat bantu mikroskop
c. Nannofossil  (Fosil Sangat kecil),  dipelajari menggunakan batuan mikroskop khusus (dengan pembesaran hingga 1000x) 
Kegunaan Fosil :
Ø  Untuk mengidentifikasi unit-unit strartigrafi permukaan bumi, atau untuk mengidentifikasi umur relatif clan posisi relatif batuan yang mengandung fosil. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mempelajari fosil indeks. Persyaratan bagi sutau fosil untuk dapat dikategorikan sebagai fosil indeks adalah : (a). terdapat dalam jumlah yang melimpah dan mudah diidentifikasi; dan (b). memiliki distribusi horizontal yang luas, tetapi dengan distribusi vertikal yang relatif pendek (kurang lebih 1 juta tahun).
Ø  Menjadi dasar dalam mempelajari paleoekologi dan paleoklimatologi. Struktur dan distribusi fosil diasumsikan dapat mencerminkan kondisi lingkungan tempat tumbuhan tersebut tumbuh dan bereproduksi.
Ø  Untuk mempelajari paleofloristik, atau kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi ruang dan waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya, sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan masa lampau.
Ø  Menjadi dasar dalam mempelajari evolusi tumbuhan yaitu dengan cara mempelajari perubahan suksesional tumbuhan dalam kurun waktu geologi.
Persyaratan terbentuknya fosil:
1.  adanya badan air
2.  adanya   sumber   sedimen   anorganik   dalam  bentuk   partikel   atau senyawa terlarut
3.  adanya bahan tumbuhan atau hewan (yang akan menjadi fosil)
B.      Proses Pemfosilan atau Fosilisasi
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
·         Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
·         Mengalami pengawetan
·         Terbebas dari bakteri pembusuk
·         Terjadi secara alamiah
·         Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
·         Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh organism lain atau terjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.
Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah delta sungai, dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari putusnya suatu meander.
Bahan -bahan yang berperan dalam fosilisasi, diantaranya :
1.       Pertrifaksi, berubah menjadi batu oleh adanya bahan-bahan : silika, kalsiumkarbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil.
2.       Proses Destilasi, tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah mati dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah.
3.       Proses Kompresi, tumbuhan tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam bahan organic dari tumbuhan itu tertekan keluar oleh beratnya lapisan tanah yang menimbunnya. Akibatnya, karbon dari tumbuhan itu tertinggal dan lama kelamaan akan menjadi batubara, lignit dan bahan bakar lainnya.
4.       Impresi, tanda fosil yang terdapat di dalam lapisan tanah sedangkan fosilnya sendiri hilang.
5.       Bekas gigi, kadang-kadang fosil tulang menunjukan bekas gigitan hewan carnivore atau hewan pengerat.
6.       Koprolit, bekas kotoran hewan yang menjadi fosil.
7.       Gastrolit, batu yang halus permukaannya ditemukan di dalam badan hewan yang telah menjadi fosil.
8.       Liang di dalam tanah, dapat terisi oleh batuan dan berubah sebagai fosil, merupakan cetakan.
9.       Pembentukan Kerak, hewan dan tumbuhan terbungkus oleh kalsiumkarbonat yang berasal dari travertine ataupun talaktit.
10.   Pemfosilan di dalam Tuff, pemfosilan ini jarang terjadi kecuali di daerah yang berudara kering sehingga bakteri pembusuk tidak dapat terjadi.
11.   Pemfosilan dengan cara pembekuan, hewan yang mati tertutup serta terlindung lapisan es dapat membeku dengan segera. Oleh karena dinginnya es maka tidak ada bakteri pembusuk yang hidup dalam bangkai tersebut.
C.      Fosil hidup
Istilah “fosil hidup” adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus. 
D.      Jenis Fosil
1.       Organisme itu sendiri (Fosil yang dihasilkan dari organisme itu sendiri)
Ammonite
                Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan. Dapat beruba tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang “keras”. Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).
Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan, and juga mungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang serangga yang tersimpan dalam amber atau getah tumbuhan. Semua ini biasa saja berupa asli binatang yang tersimpan.
2.       Sisa-sisa aktifitasnya (Trace Fossil)
Insects in amber
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini dapat berupa cetakan. Namun cetakan tersebut dapat pula berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu.
Trace fossil adalah suatu struktur berupa track, trall, burrow, tube, borring, yang terawaetkan sebagai fosil organisme.
Kelebihan trace fossil dengan fosil kerangka :
1.       Trace fossil biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan pengendapan fosil kerangka misalnya perairan dangkal dengan energy tinggi, batu pasir laut dangkal dan batu lanau laut.
2.       Trace fossil tidak dipengaruhi oleh diagenesa bahkan diperjelas secara visual oleh proses diagenesa.


E.       PROSES YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA FOSIL

1.       Histometabasis, Penggantian sebagian tubuh fosil tumbuhan dengan pengisian mineral lain (cth : silika) dimana fosil tersebut diendapkan
2.       Permineralisasi , Histometabasis pada binatang
3.       Rekristalisasi, Berubahnya seluruh/sebagian tubuh fosil akibat P & T yang tinggi, sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin
4.       Replacement/Mineralisasi/Petrifikasi, Penggantian seluruh bagian fosil dengan mineral lain
5.       Dehydrasi/Leaching/Pelarutan
6.       Mold/Depression, Fosil berongga dan terisi mineral lempung
7.       Trail & Track
                Trail : cetakan/jejak-jejak kehidupan binatang purba yang menimbulkan kenampakan yang lebih halus
                Track : sama dengan trail, namun ukurannya lebih besar
                Burrow :  lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan binatang purba.
Borring : lubang pemboran
Tube : struktur fosil berupa pipa               

Filsafat Ilmu

1.   PENGERTIAN FILSAFAT

a.      Arti Istilah Filsafat

Secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan).
Hamersma (1981: 10) mengatakan bahwa Filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan Jadi, dari definisi ini nampak bahwa kajian filsafat itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan secara ilmiah guna memperoleh pemaknaan menuju “hakikat kebenaran”.
Sebenarnya, pengertian tentang filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir&Munir, 2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut :
  • Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
  • Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
  • Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
  • Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
  • Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat
b.       Definisi Filsafat Menurut Para Ahli
Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur :
  1. Plato (427SM – 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
  2. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
  3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
  4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
  5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
  1. Merriam-Webster dalam kamusnya  filsafat adalah literally the love of wisdom, in the actual usage, the science that investigates the most general facts and prinsciples of reality and human nature and conduct:   logic, ethics, aesthetics and the theory of  knowledge.
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa :
  • Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
  • Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: Hakikat Tuhan, Hakikat alam semesta, dan Hakikat manusia
c.        Bidang Kajian Filsafat
Filsafat mengkaji lima cabang utama yaitu:
1.      Logika (hal yang benar dan salah)
2.      Etika (hal yang baik dan buruk)
3.      Estetika (hal yang indah dan jelek)
4.      Metafisika (hakekat keberadaan zat, pikiran, dan kaitannya
5.      Politik (organisasi pemerintahan yang ideal)
Kelima cabang ini berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang lebih spesifik.
d.      Ciri Berfikir Filsafat
Berfilsafat dapat diartikan sebagai berfikir. Ciri berfikir filsafat adalah:
  1. Radikal: berfikir radikal artinya berfikir sampai ke akar permasalahannya.
  2. Sistematik, berfikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah, berurutan, penuh kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
  3. Universal, berfikir secara menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu tetapi mencakup seleuruh aspek.
  4. Spekulatif, berfikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian untuk memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.
e.       Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
2.                  PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
a.      Arti Istilah Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yaitu :
* Robert Ackerman.
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
* Lewis White Beck
            Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
* A. Cornelius Benjamin
Filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
* Michael V. Berry.
Filsafat ilmu menelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
* Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
b.      Fungsi filsafat ilmu
Ø  Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Ø  Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup.
Ø  Panduan tentang ajaran moral dan etika.
Ø  Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
Ø  Sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat lainnya.
c.       Dimensi Kajian Filsafat Ilmu
Dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan. 
1.      Ontologi
Perkataan “ontology” berasal dari perkataan dari Yunani “ yang ada” juga berarti logos.[3], merupakan abang filsafat yang menggeluti tata dan struktur reslitas dalam arti seluas mungkin. da Ontology menggunakan kategori-kategori ada-menjadi , aktualitas- potensialitas, nyata-tampak, perubahan, eksistensi-non eksistensi, esensi, keniscayaan yang ada sebagai yang ada.
Contoh dari paradigama ontologi filsafati adalah ontologi sain, menghendaki sesuatu yang bersifat rasional sehingga menghasilkan hipotesis yang raisonal pula. Setelah menemukan hipotesis yang rasional maka dibuktikan secara empiris, sebagaimana mengikuti metode ilmiah. Metode Ilmiah merupakan metode yang membuktikan bahwa suatu hal tersebut bersifat logis, kemudian menarik sebuh hipotesis yang disertai dengan bukti empiris. 
2.   Epistemologi
Istilah “epistemologi” berasal dari kata Yunani episteme = pengetahuan dan logos = perkataan, pikiran, ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja “epistemai”, artinya menunjukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Selain kata “episteme”, unutk kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani juga dipakai kata “gnosis” maka istilah kata epistemologi dalam sejarah pernah disebut juga gneseologi.
Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengtahuan manusia. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk meninbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan, sosial, dan alam sekitarnya. Maka, epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dna kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma atau tolok ukur, dan dalam hal ini tolok ukur dalam kenalaran bagi kebenaran pengetahuan. 
3.      Aksiologi
Aksiologi dalam fisafat ilmu berarti menyajikan hubungan antra etika dan ilmu, dimana etika sangat terkait hubungannya (inhaerent) dengan ilmu. Persoalan aksiologi adalah seputar bebas nilai atau tidaknya ilmu, hal ini merupakan persoalan yang rumit, tak mungkin dijawab dengan sekedar ya atau tidak. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki ilmu pengetahuan, pada umunya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
DAFTAR PUSTAKA  
Diunduh pada tanggal 28 Desember 2009, pukul 21:03
http://suprihatinwebsite.blogspot.com/2009/10/dimensi-filsafat-ilmu.html
STATIGRAFI INDONESIA
Nama  :  FICCA MULANDA TESLA    
NPM    :  140710080054
Kelas   :  B

Pertanyaan :
1.      Apa yang anda ketahui tentang Neogen dan Paleogen? Jelaskan!
SKALA WAKTU GEOLOGI
KURUN
MASA
ZAMAN
KALA
JUTA TAHUN
FANEROZOIKUM
KENOZOIKUM
KUARTER
RESEN
10.000
HOLOSEN
1
FLIOSTOSEN
2
TERSIER
NEOGEN
PLIOSEN
10
MIOSEN
23
PALEOGEN
OLIGOSEN
34
EOSEN

PALEOSEN
70
MESOZOIKUM
KAPUR
JURA
TRIAS

135
180
200
PALEOZOIKUM
PERM
KARBON
DEVON
SILUR
ORDOVISIUM
KAMBRIUM

270
350
400
430
490
540-600
KRIPTOZOIKUM
ARKEOZOIKUM
PRAKAMBRIUM



NEOGEN
Neogen adalah suatu periode bagian dari era Kenozoikum pada skala waktu geologi yang dimulai sejak 23.03 ± 0.05 juta tahun yang lalu, melanjutkan periode Paleogen. Berdasarkan proposal terakhir dari International Commission on Stratigraphy, Neogen terdiri dari kala Miosen, Pliosen, Pleistosen, dan Holosen dan berlangsung hingga saat ini. Sistem Neogen (formal) dan Sistem Tersier (nonformal) merupakan istilah untuk batuan yang terbentuk pada periode ini.
Neogen berlangsung kurang lebih selama 23 juta tahun. Selama periode ini, mamalia dan burung berevolusi dengan pesat; genus Homo juga mulai muncul pada periode ini. Bentuk kehidupan lain relatif tidak berubah. Terjadi beberapa gerakan benua, dengan peristiwa yang paling penting adalah terhubungnya Amerika Utara dan Selatan pada akhir Pliosen. Iklim mendingin sepanjang periode ini yang memuncak pada glasiasi kontinental pada sub-era Kuarter (atau kadang disebut juga periode pada beberapa skala waktu).
PALEOGEN
Paleogen adalah periode dalam skala waktu geologi yang merupakan bagian pertama dari era Kenozoikum dan berlangsung selama 42 juta tahun antara 65,5 ± 0,3 hingga 23,03 ± 0,05 juta tahun yang lalu. Periode ini terdiri dari kala Paleosen, Eosen, dan Oligosen, dan dilanjutkan oleh kala Miosen pada periode Neogen.
Paleogen merupakan saat pertama berkembangnya mamalia dari jumlah yang sedikit dan bentuk yang sederhana, hingga membengkak menjadi beragam jenis pada akhir kepunahan massal yang mengakhiri periode Kapur (era Mesozoikum) sebelumnya. Beberapa mamalia ini akan berevolusi menjadi bentuk yang lebih besar yang mendominasi daratan, dan ada pula yang berevolusi menjadi mampu hidup di lingkungan lautan, daratan khusus, dan bahkan di udara. Burung juga berkembang pesat pada periode ini menjadi kurang lebih bentuk modern yang dikenal saat ini. Cabang kehidupan lain di bumi bertahan relatif tidak berubah dibandingkan dengan perubahan yang dialami burung dan mamalia pada periode ini. Iklim menjadi lebih dingin sepanjang Paleogen dan batas laut menyurut di Amerika Utara di awal periode ini.
2.      Sebutkan ciri-ciri endapan paleogen dan neogen di Indonesia!
PALEOGEN
Ciri – cirri endapan diantaranya :
1.    Penyebaran terbatas (oleh graben)
2.    Pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik
3.    Ketebalan bervariasi dan banyak lapisan
4.    Selalu berkaitan dengan busur vulkanik
5.    Hampir semua Autochton
6.    Endapan tersusun oleh matriks lempung dan bongkah-bongkah batugamping numulit, batupasir kasar - sangat kasar, serta konglomerat.
7.    diendapkan sedimen-sedimen regresif cekungan sedang mengalami pengangkatan dan inversi.
8.    Pengendapan sebelum transgresi

NEOGEN
Ciri-ciri endapannya, diantaranya :
1.      berkembangnya terumbu-terumbu karbonat yang masif pada Miosen Atas yang hampir ekivalen secara umur dengan karbonat Parigi akibat pembukaan dan penenggelaman cekungan-cekungan 
2.      terendapkan sesudah Regresi
3.      transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping
4.      kadar abu dan belerang yang rendah

3.      Berikan contoh nama cekungan beserta nama tempatnya!
PALEOGEN
1.      Cekungan Kutai Atas yang membentang di sepanjang timur tepian benua (continental margin) Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
2.      Cekungan Barito terletak di Kalimantan Selatan berumur Eosen.
3.      Cekungan Asam-asam terletak di Kalimantan Timur.
4.       Cekungan Pasir terletak di Kalimantan Selatan.
5.       Cekungan Melawi dan Ketungau terletak di Kalimantan Barat
6.       Cekungan Tarakan terletak di Kalimantan Timur
7.       Cekungan Ombilin terletak di Sumatera Barat
8.       Cekungan Sumatra Tengah terletak di Riau.
NEOGEN
1.       Cekungan Sumatera Selatan terletak di Sumatera Selatan.
2.       Cekungan Kutai Bawah terletak di Kalimantan Timur
3.       Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan forearc (cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik) di Indonesia yang berumur Miosen tengah terletak di Bengkulu.


DAFTAR PUSTAKA


Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2010
http://elangemasperkasa.com/product