Hot Shot adalah sebuah drama Asia dari Taiwan yang dibintangi oleh aktor Taiwan yang pernah pula menjadi pemeran utama di Meteor Gerden.
Film yang dibintangi Jerry Yan ini mengisahkan perjalanan dan semangat seorang Yuan Da Ying (Alan Lou) untuk menjadikan dirinya sebagai pemain basket yang handal. Film ini memfokuskan pada permainan basket yang sedikit lebay seperti Slam Dunk namun kisah percintaan Yuan Da Ying (Alan Luo), Dong Fang Xiang (Jerry Yan) dan Zhan Ji Er (Tracy Zhou) ikut meramaikan film ini.
Hot Shot bermula ditayangkan di Indosiar setiap hari Sabtu-Minggu pukul 16.30, aku tak mengikuti film ini dari awal dan tau-tau film ini sudah selesai. Cepat sekalai, pikirku. Alhasil aku membelilah DVDnya. Hum, sempat merasa kesal karena filmnya ternyata sudah habis dijual dan aku harus menunggu sekitar seminggu. Dalam DVD itu terdapat back d'sreennya. Well, ternyata Alan Lou aslinyapun memang konyol. Hhhahha....
Ini dia pemeran-pemerannya :
Alan Luo as Yuan Da Ying
Yuan Da Ying yang memiliki sifat optimisme dan sering membuat kekonyolan. Pemain andalan kedua di klub basket universitas Bi Li, mempunyai jurus andalan yaitu Bola Api, dan ingin mengalahkan Dong Fang Xiang dan ingin selalu menjadi no satu.
Jerry Yan as Dong Fang Xiang
Jerry Yan tetap berperan seperti film pertamnya, Meteor Garden. Terlahir di keluarga kaya raya yang memiliki sifat pendiam dan dingin juga selalu menjadi no satu dan diidolakan wanita.
Tracy Zhou as Zhen Ji Er
Tracy Zhou adalah seorang anak supir kakek Dong Fang Xiang yang juga menjadi sahabat sekaligus orang yang dicintai Dong Fang Xiang juga Da Ying. Di akhir cerita, Zhen Ji Er ternyata adalah Qui Gui yang merupakan teman duel Dong Fang Xiang bermain basket.
Coco Jiang as Li Ying
Coco Jiang berperan sebagai pelatih tim Bi Li yang merupakan mantan pelatih NBA.
Wu Chun as Wu Ji Zun
Wu Chun berperan sebagai pengamat permainan bola basket, jurus-jurus pemain basket ia tiru terutama permainan Dong Fang Xiang dan Yuan Da Ying.
Film ini memberikan amanat yang baik, persahabatan dan optimisme seseorang untuk meraih harapannya.
Gak akan nyesel deh nonton film ini.
Selasa, 01 September 2009
Mengemis bukan sebuah Profesi....!
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" Sabda Rasulullah Saw yang artinya lebih mulialah orang yang memberi daripada orang yang menerima.
Bersedekah memanglah sangat penting untuk menabung amal di kemudian hari. Tapi apakah kita memberi sedekah pada orang yang tepat? Yah, banyak sekali pengemis yang bertopeng dalam wajah yang pantas dikasihani. Baju compang camping dengan muka lusuh, berkaki pincang dan berkoreng, mengais bayi, atau menuntun seorang tuna netra.
"Gak usah pilih-pilih bersedekah pada siapa, yang penting itu niat kita bersedekah. Serahkan semua pada Allah. Dialah yang mengatur semuanya."
Tetapi jika saja mengemis itu menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi profesi? Salahkah kita untuk memilih-milih pada siapa kita harus bersedekah?
Seperti penduduk Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Madura. Dari jumlah penduduk yang ada itu, hampir 80 % bisa dikatakan menggantungkan hidup dengan menjadi peminta-minta. Profesi ini bukanlah hal yang memalukan lagi bagi penduduk Sumenep.
Siapa sangka jika pendapatan pengemis itu jauh lebih besar dari gaji seorang pegawai negeri sipil (Sipil) yang hanya menjadi seorang staf di pemerintahan. Setiap pengemis asal Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep mampu mengumpulkan rezeki dari meminta-minta itu hingga pada kisaran Rp1,5 juta sampai Rp 2,5 juta setiap bulan.
Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.
Meski sudah tergolong kelas ekonomi menengah untuk ukuran desa, namun Ny Halimah mengaku tidak bisa meninggalkan profesinya sebagai penerima sedekah dari orang lain yang sudah turun temurun dilakukan.
Banyak alasan yang dikemukakan. Selain tidak memiliki lahan pertanian yang cukup hingga tidak mempunyai skill yang bisa menghasilkan menutupi kebutuhan hidupnya.
"Saya tidak mempunyai pekerjaan lagi, kecuali menerima sedekah dari orang lain. Dan ini pekerjaan yang telah turun-temurun dan tidak mungkin ditinggalkan," kata Halimah kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (20/8/2009).
Meminta-minta dijadikan sebuah profesi???? Perlu ditekankan, kalau begini kasusnya, mereka bukanlah menerima sedekah tapi meminta sedekah!
Tidak sedikit bagi mereka yang mengemis di luar Madura mempunyai kemampuan lebih. Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.
"Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu," katanya seraya menolak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.
Sementara Sekretaris Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Moh Haruji Saleh mengaku tidak risau dengan predikat desa pengemis. "Ini sudah bagian dari kehidupan warga kami sehingga harus menyandang predikat kampung pengemis. Ya tidak apa-apa," ujar Haruji kepada detiksurabaya.com di rumahnya.
Dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan kebiasaan meminta-minta namun menemui kesulitan. Selain mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, juga ada sebagian yang memang tidak mempunyai lahan pertanian.
"Usaha yang bisa dilakukan hanya dengan memutus mata rantai menjadi pengemis. Para kawula mudanya jangan sampai ikut mewarisi profesi orang tuanya itu," terangnya.
Para kawula muda, kata dia, pendidikannya sudah banyak yang masuk perguruan tinggi. Bahkan, ada yang masuk di fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi di Jember. Meski diakui jika biaya untuk menyekolahkan itu dari hasil mengemis, bukan berarti harus menjalankan profesi orang tuanya.
Bagaimana menindak lanjuti kebiasaan mengemis yang sebagian besar telah menyebutnya sebagai profesi?
Jujur saja, aku lebih menghormati penjual koran, pedagang asongan, pemulung, tukang rongsokan, atau apalah ketimbang pengemis yang menggantungkan hidupnya dengan meminta-minta. Masih banyak pekerjaan terhormat daripada meminta-minta. Dan perlu ditekankan, meminta-minta TIDAK PANTAS DIJADIKAN SEBAGAI PROFESI.....
Well, i hope we will be a useful person, for familly, religion and nation.
Bersedekah memanglah sangat penting untuk menabung amal di kemudian hari. Tapi apakah kita memberi sedekah pada orang yang tepat? Yah, banyak sekali pengemis yang bertopeng dalam wajah yang pantas dikasihani. Baju compang camping dengan muka lusuh, berkaki pincang dan berkoreng, mengais bayi, atau menuntun seorang tuna netra.
"Gak usah pilih-pilih bersedekah pada siapa, yang penting itu niat kita bersedekah. Serahkan semua pada Allah. Dialah yang mengatur semuanya."
Tetapi jika saja mengemis itu menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi profesi? Salahkah kita untuk memilih-milih pada siapa kita harus bersedekah?
Seperti penduduk Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Madura. Dari jumlah penduduk yang ada itu, hampir 80 % bisa dikatakan menggantungkan hidup dengan menjadi peminta-minta. Profesi ini bukanlah hal yang memalukan lagi bagi penduduk Sumenep.
Siapa sangka jika pendapatan pengemis itu jauh lebih besar dari gaji seorang pegawai negeri sipil (Sipil) yang hanya menjadi seorang staf di pemerintahan. Setiap pengemis asal Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep mampu mengumpulkan rezeki dari meminta-minta itu hingga pada kisaran Rp1,5 juta sampai Rp 2,5 juta setiap bulan.
Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.
Meski sudah tergolong kelas ekonomi menengah untuk ukuran desa, namun Ny Halimah mengaku tidak bisa meninggalkan profesinya sebagai penerima sedekah dari orang lain yang sudah turun temurun dilakukan.
Banyak alasan yang dikemukakan. Selain tidak memiliki lahan pertanian yang cukup hingga tidak mempunyai skill yang bisa menghasilkan menutupi kebutuhan hidupnya.
"Saya tidak mempunyai pekerjaan lagi, kecuali menerima sedekah dari orang lain. Dan ini pekerjaan yang telah turun-temurun dan tidak mungkin ditinggalkan," kata Halimah kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (20/8/2009).
Meminta-minta dijadikan sebuah profesi???? Perlu ditekankan, kalau begini kasusnya, mereka bukanlah menerima sedekah tapi meminta sedekah!
Tidak sedikit bagi mereka yang mengemis di luar Madura mempunyai kemampuan lebih. Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.
"Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu," katanya seraya menolak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.
Sementara Sekretaris Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Moh Haruji Saleh mengaku tidak risau dengan predikat desa pengemis. "Ini sudah bagian dari kehidupan warga kami sehingga harus menyandang predikat kampung pengemis. Ya tidak apa-apa," ujar Haruji kepada detiksurabaya.com di rumahnya.
Dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan kebiasaan meminta-minta namun menemui kesulitan. Selain mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, juga ada sebagian yang memang tidak mempunyai lahan pertanian.
"Usaha yang bisa dilakukan hanya dengan memutus mata rantai menjadi pengemis. Para kawula mudanya jangan sampai ikut mewarisi profesi orang tuanya itu," terangnya.
Para kawula muda, kata dia, pendidikannya sudah banyak yang masuk perguruan tinggi. Bahkan, ada yang masuk di fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi di Jember. Meski diakui jika biaya untuk menyekolahkan itu dari hasil mengemis, bukan berarti harus menjalankan profesi orang tuanya.
Bagaimana menindak lanjuti kebiasaan mengemis yang sebagian besar telah menyebutnya sebagai profesi?
Jujur saja, aku lebih menghormati penjual koran, pedagang asongan, pemulung, tukang rongsokan, atau apalah ketimbang pengemis yang menggantungkan hidupnya dengan meminta-minta. Masih banyak pekerjaan terhormat daripada meminta-minta. Dan perlu ditekankan, meminta-minta TIDAK PANTAS DIJADIKAN SEBAGAI PROFESI.....
Well, i hope we will be a useful person, for familly, religion and nation.
Langganan:
Postingan (Atom)