Minggu, 11 Oktober 2009

Longsor



  

BAB I
PENDAHULUAN


Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana geologi.
Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan tampak bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh karena itu, bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian, macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting lingkungan sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan tersebut.
Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia. Secara umum hal tersebut disebabkan karena letak geografis wilayah Indonesia yang dilewati “cincin api”, Iklim dan penutup lahan. Bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia, umumnya terjadi pada musim penghujan, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya terjadi setempat (on site) namun juga disebelah hilirnya (off site), yaitu berupa hasil sedimen yang jumlahnya cukup besar untuk suatu kejadian hujan tertentu. Penyebab tanah longsor terutama disebabkan oleh ketahanan geser batuan yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring dengan meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air, disamping juga karena adanya peningkatan muka air tanah. Identifikasi lahan berpotensi longsor sangat diperlukan untuk mengetahui sebaran daerah yang rawan longsor sehingga dapat dilakukan upaya penanganannya.


Bencana tanah longsor selain menimbulkan korban jiwa, harta benda dan material lain yang tidak sedikit juga menimbulkan dampak negatif jangka panjang yaitu berkurangnya (hilangnya) lapisan permukaan tanah (top soil) yang subur sehingga produktifitas tanah menurun. Menurut Soebroto, dkk.(1981), faktor . faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah (tanah longsor) adalah topografi (kemiringan lereng), keadaan tanah (tekstur, struktur perlapisan), keairan termasuk curah hujan, gempa bumi dan keadaan vegetasi/hutan dan penggunaan lahan.


 BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Tanah Longsor

Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Tanah longsor terjadi dikarenakan pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi didaerah terjal yang tidak stabil.  Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor.  Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan.
B. Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1.  Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir      berbentuk rata atau menggelombang landai.

2.  Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3.  Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.


4.  Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

5.  Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.


6.  Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
  
C. Faktor Penyebab Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.   Ancaman tanah longsor biasanya terjadi pada bulan November, karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga-rongga dalam tanah, yang mengakibatkan terjadinya retakan dan rekahan permukaan tanah.
Pada waktu turun hujan, air akan menyusup ke bagian tanah yang retak sehingga dengan cepat tanah akan mengembang kembali. Pada awal musim hujan dan intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat yang turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena  melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
Dengan adanya vegetasi di permukaannya akan mencegah terjadinya  tanah longsor, karena air akan diserap oleh tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
Lereng atau tebing yang terjal terbentuk akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 derajat, apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
D. Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan yang bergerak dari atas ke bawah disepanjang lereng atau keluar dari lereng. Jenis gerakan tanah dapat dikelompokkan kedalam 5 jenis yaitu :
1. Jatuhan massa tanah dan atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan ke ketinggian yang lebih rendah tanpa melalui bidang gelincir karena pengaruh gaya tarik bumi.
2. Longsoran masa tanah atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan melalui bidang gelincir yang pergerakannya dipengaruhi gaya tarik bumi
3. Aliran tanah adalah perpindahan campuran masa tanah dengan air yang bergerak mengalir sesuai dengan arah kemiringan lereng
4. Amblesan adalah penurunan permukaan tanah secara tegak karena adanya pengosongan rongga di dalam tanah akibat dari pemadatan normal tanah dan atau batuan, pengambilan airtanah secara berlebihan. Larian air karena struktur geologi, kebocoran atau retak bagian dasar, penggalian tanah atau batuan, dan bahan galian logam.
5. Tanah mengembang adalah perubahan atau pergerakan masa tanah sebagai akibat sifat-sifat tanah atau batuan itu sendiri yang mengembang apabila jenuh air dan mengkerut apabila kering.
E. Longsor di Indonesia 
Pergerakan tanah di Jabar sudah tergolong rentan, ditambah lagi oleh curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan provinsi lain. Selain itu, sekarang ini banyak fungsi lahan yang berubah dari kawasan hutan menjadi ladang dan sawah.


Perubahan lahan di Jabar yang sudah rawan longsor, semakin berbahaya karena proses penyuburan sawah dan ladang berarti menggemburkan tanah. Penggemburan membuat tanah semakin labil karena lebih mudah pecah. Banyak masyarakat yang berdiam di daerah rawan longsor karena lahan di tempat itu dianggap memiliki nilai ekonomis. Tanah yang gembur tentu disukai petani untuk menyuburkan tanamannya. Contoh
Upaya pemulihan lahan kritis tidak bisa sepenuhnya mengeliminasi bahaya longsor. Penanaman pohon hanya berfungsi untuk memperlambat terjadinya peristiwa itu. Pohon-pohon dengan akarnya berfungsi sebagai pengikat tanah sehingga mengurangi kemungkinan longsor.


Di sisi lain, keterpaksaan tinggal di daerah rawan gempa tidak terlepas dari aspek kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Bila mereka memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup, tentu memilih tempat yang lebih aman. Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan. Penduduk di daerah rawan gempa biasanya berpendidikan rendah.
   Upaya penghijauan juga tidak bisa dilakukan sembarangan karena membutuhkan pepohonan yang sesuai dengan lahan yang ditanam. Pohon yang besar tidak cocok ditanam di lereng yang curam. Berat pohon justru menambah beban lahan, dan tiupan angin menyebabkan pohon menjadi semacam dongkrak yang membongkar lahan. Jenis tanaman yang cocok untuk daerah itu adalah pohon yang tidak terlalu tinggi, namun memiliki jangkauan akar yang luas sebagai pengikat tanah.
Tanah longsor di lahan kritis lebih cepat terjadi karena tidak ada penahan. Penanganan longsor di Jawa Barat bagian utara dan selatan, berbeda karena jenis tanahnya tidak sama. Sedangkan tanah di Jabar selatan lebih labil sehingga lebih rawan longsor
Gejala Umum tanah Longsor
  1. muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
  2. Muncul mata air secara tiba-tiba
  3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
  4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
Wilayah-wilayah yang rawan tanah longsor
  • pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
  • Berada pada daerah-daerah yang terjal dan gundul
  • Merupakan daerah-daerah aliran air hujan
Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah Longsor
  • Tidak menebang atau merusak hutan
  • Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kyat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro dans ebagainya, pada lereng-lereng yang gandul
  • Membuat saluran air hujan
  • Membangun saluran air hujan
  • Membangun dinding penan di lereng-lereng yang termal
  • Memeriksa keadaan tanah secara berkala
  • Mengukur tingkat kederasan hujan
Awas : Material yang terbawa pada saat terjadinya tanah longsor selain tanah juga bisa berupa bebatuan dan lumpur.  Kecepatan luncuran tanah longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 km/jam.
Cara menghindari korban jiwa.
  • membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan.
  • Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun
  • Membuat peta bahaya.
  • Melakukan deteksi dini
BAB III
PENUTUP
 

Tanah longsor terjadi dikarenakan pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi didaerah terjal yang tidak stabil.  Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor.  Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan.

Sejarah Ilmu Geologi

BAB 1
PENDAHULUAN

Pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman prasejarah. Manusia purba sudah mengetahui jenis batuan yang baik untuk bahan baku senjata, sebagai alat untuk mempertahankan diri. Bangsa Romawi mendirikan Pyramid dan patung sphynks bukan di daratan banjir sungau nil tetapi di suatu daratan yang aman dari banjir dan dengan pondasi yang kuat sehingga tidak ambles karena beban yang berat.
Selanjutnya timbul rasa ingin tahu manusia tentang alam di sekelilingnya, adanya gunung api, bentang alam, perbukitan terjal dan lembah-lembah curam. Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api dan bencana alam lainnya, mendorong manusia untuk mempelajarinya.



BAB 2
SEJARAH ILMU GEOLOGI


Sifat dan material bumi, serta proses-proses yang berlangsung di permukaan bumi sudah menjadi pusat perhatian sejak beberapa abad yang lalu. Bangsa Yunani sejak 2300 tahun yang lalu menulis mengenai fosil, batu permata, gempa bumi dan gunung api. Yang sangat menjadi pusat perhatian adalah Aristoteles. Ia seorang filsuf, oleh karena itu penjelasannya lebih banyak berupa pernyataan-pernyataan secara individu, bukan sebagai hasil observasi atau percobaan-percobaan. Misalnya bagaimana terbentuknya batuan, dikatakannya akibat pengaruh bintang-bintang dan gempa bumi terjadi karena meledaknya udara yang padat di bumi akibat proses pemanasan dari pusat api.
Akan tetapi, karena ia seorang pemimpin para filsuf dan disegani, pendapatnya lebih banyak diterima dibandingkan dengan pendapat yang berdasarkan observasi atau percobaan-percobaan sehingga agak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Kemudian dikenal beberapa doktrin yang revolusioner pada saat itu, yaitu:

1. TEORI KATASTROPISMA

Sepanjang abad ke 18 doktrin katastropisme sangat populer. Baron Georges Cuvier dan para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan bumi dan segala kehidupannya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana (catstroph) besar. Flora dan fauna dari tiap zaman itu berjalan tidak berubah dan sewaktu terjadi revolusi maka hewan-hewan ini musnah dan kemudian timbul kembali species flora dan fauna yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Sejarah bumi juga membuktikan adanya pembentukan sederatan pegunungan raksasa secara berulang kali serta masa-masa susut dan genang laut (regresi dan trasgresi) dari dan ke bagian-bagian benua.semua peristiwa-peristiwa itu terjadi secara mendadak dengan sangat dasyat dan berlangsung di seluruh muka bumi.
Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti lembah dan pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori - catastrophism - yang mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok dengan kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan penjelasan yang nyaman untuk adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur jauh di dalam bebatuan di tambang-tambang batubara.
Menurut teori Katastropisma bahwa selma 40.000 tahun terakhir di bumi terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang baru. Oleh karena umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian itu hampir tidak dapat disaksikan oleh manusia. Konon, peristiwa malpetaka yang terakhir terjadi pada zaman Nabi Nuh.
Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropisma mendapat pijakan paling kuat di Perancis, di mana Revolusi Besar 1789-94 memiliki pengaruh yang paling kuat atas psikologi semua kelas, yang gemanya masih terus dibunyikan di semua generasi susul-menyusul. Bagi mereka yang berniat melupakannya, revolusi 1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang sangat jelas atas pengamatan Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri di mana perjuangan kelas selalu dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi Georges Cuvier, naturalis dan geolog Perancis abad ke-19 yang terkenal itu, perkembangan bumi ditandai dengan “sederetan masa-masa pendek yang mengandung perubahan yang intensif, dan tiap masa menandai satu titik balik dalam sejarah. Di antara masa-masa itu, terdapat masa-masa stabilitas yang panjang dan membosankan. Seperti Revolusi Perancis, setelah masa penuh gejolak, segala sesuatunya berubah. Seperti itu pula, waktu geografis dibagi-bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-masing dengan tema dasarnya sendiri.”
Jika Perancis adalah negeri klasik bagi revolusi dan kontra-revolusi, Inggris adalah tanah klasik bagi reformisme dan gradualisme. Revolusi borjuis Inggris, seperti yang terjadi di Perancis, juga terjadi dengan sangat berdarah, di mana Raja kehilangan kepalanya, demikian juga banyak orang lain. Sejak itu “kelas-kelas terhormat” di Inggris telah berusaha keras untuk melupakan hal ini. Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai dengan tidak cocok sebagai “Revolusi Gemilang” 1688, satu kudeta yang sama sekali tidak gemilang di mana seorang avonturir Belanda bertindak sebagai makelar politik dalam sebuah perebutan kekuasaan antara orang-orang kaya baru dari Kota dengan para aristokrat. Kejadian ini telah menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon tentang gradualisme dan “kompromi-kompromi”.
Kejijikan terhadap perubahan revolusioner dalam segala bentuknya diterjemahkan ke dalam sebuah keinginan yang obsesif untuk menghapuskan segala jejak lompatan mendadak yang terjadi di alam maupun masyarakat. Lyell mengajukan satu pandangan yang persis berseberangan dengan katastropisme. Menurutnya, garis batas antara berbagai lapisan geologis tidak menunjukkan adanya perubahan mendadak tapi sekedar mencatat pergeseran pola transisi antara dua lingkungan habitat yang berdekatan. Tidak perlu kita mencari satu pola global. Masa geologis hanyalah satu metode klasifikasi yang enak dilihat, agak mirip dengan pembagian sejarah Inggris menurut siapa yang sedang berkuasa.

2. TEORI UNIFORMITARIANISMA

Menurut teori Evolusi, proses kehidupan di muka bumi ini terjadi karena adanya perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama tanpa tahu titik awalnya dari mana. Faham UNIFORMITARIANISME adalah bagian dari teori Evolusi. Faham ini berdasar pada perubahan fisik yang terjadi perlahan dan memakan waktu lama sekali. Konsep awal dari teori Evolusi tidak berbeda dengan faham ini. LAW of FAUNAL ASSEMBLAGES: "Like collection of fossil organism indicate like geologic ages for the rocks that contain them(Jenis organisme fossil yang didapat mengarah pada usia bebatuan yang ada disekelilingnya)". Keadaan fisik dari permukaan bumi yang diandalkan teori Evolusi adalah strata yang terbentuk menurut struktur lapisan yang berbeda. Sedimentasi atas dan bawah dihasilkan oleh perubahan iklim yang memakan ribuan bahkan jutaan tahun.
James Hutton (1726-1797) menentang konsep malapetaka yang digagas oleh Baron Georges Cuvier. Ia menyatakan bahwa peristiwa katasropisma hanya terjadi secara setempat (lokal). Perubahan-perubahan besar di muka bumi adalah akibat proses fisika dan kimia yang terjadi secara berangsur dan berkesinambungan dan dulu hingga sekarang dan bahkan sampai saat ini kita masih bisa menyaksikannya.
Maka pada abad ke 18, dianggap sebagai permulaan geologi modern, karena pada masa ini James Hutton bapak Geologi Modern, seorang ahli fisika Skotlandia pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul Theory of the earth dimana ia mencetuskan doktrin uniformitarianisme.
Proses dalam bumi terjadi secara berulang-ulang, sehingga munculah diktum the present is the key to the past. Dengan kecanggihan teknologi serta konsep geologi global, para ahli masa kini telah mengembangkan lebih lanjut diktum yang dinyatakan oleh J. Hutton tersebut. Dewasa ini telah dicoba memperkirakan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, sekarang diktumnya menjadi bertambah, the present is the key to the future.
Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut dengan teori uniformitarianisma.
Uniformitarianisma ini merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan bilogi yang berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
Semenjak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan demikian, jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.


DAFTAR PUSTAKA

A Beginning to Understand Geology. 2008. Jurusan Teknik Geologi, Unpad, Jatinangor.
Sapiie, Benyamin dkk.2006.Catatan Kuliah GL-1211 Geologi Fisik. Geologi dan Paleontologi FIKTM, ITB.
Mulyo, Agung. Pengantar Ilmu Kebumian. 2004. Bandung : Pustaka Setia.

OKSIGEN TERLARUT (DO) DAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI (BOD)

Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran yang ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang ditimbulkan antara lain dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia:
- DO (Dissolved Oxygen)
- BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- COD (Chemical Oxygen Demad), dan
- Jumlah total Zat terlarut

DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)
A. PENGERTIAN OKSIGEN TERLARUR (DO)

Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10.
Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Menurut Swingle dalam Boyd (1982), bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan sangat lambat sehingga oksigen dalam air sangat sedikit.
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.

B. MANFAAT OKSIGEN TERLARUT (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup inilah beberapa manfaatnya :
• Untuk pernapasan
• proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
• oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
• Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.

Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi
bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
 kekeruhan air,
 suhu,
 salinitas,
 pergerakan massa, air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.

Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,
karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan
oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan
pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut.


C. KANDUNGAN IDEAL OKSIGEN TERLARUT

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI (BOD)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaranair buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C

KESIMPULAN

1. Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidupuntuk pernapasan dan proses metabolisme. Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi den reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses fotosintesis.
2. Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara