Minggu, 11 Oktober 2009

Sejarah Ilmu Geologi

BAB 1
PENDAHULUAN

Pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman prasejarah. Manusia purba sudah mengetahui jenis batuan yang baik untuk bahan baku senjata, sebagai alat untuk mempertahankan diri. Bangsa Romawi mendirikan Pyramid dan patung sphynks bukan di daratan banjir sungau nil tetapi di suatu daratan yang aman dari banjir dan dengan pondasi yang kuat sehingga tidak ambles karena beban yang berat.
Selanjutnya timbul rasa ingin tahu manusia tentang alam di sekelilingnya, adanya gunung api, bentang alam, perbukitan terjal dan lembah-lembah curam. Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api dan bencana alam lainnya, mendorong manusia untuk mempelajarinya.



BAB 2
SEJARAH ILMU GEOLOGI


Sifat dan material bumi, serta proses-proses yang berlangsung di permukaan bumi sudah menjadi pusat perhatian sejak beberapa abad yang lalu. Bangsa Yunani sejak 2300 tahun yang lalu menulis mengenai fosil, batu permata, gempa bumi dan gunung api. Yang sangat menjadi pusat perhatian adalah Aristoteles. Ia seorang filsuf, oleh karena itu penjelasannya lebih banyak berupa pernyataan-pernyataan secara individu, bukan sebagai hasil observasi atau percobaan-percobaan. Misalnya bagaimana terbentuknya batuan, dikatakannya akibat pengaruh bintang-bintang dan gempa bumi terjadi karena meledaknya udara yang padat di bumi akibat proses pemanasan dari pusat api.
Akan tetapi, karena ia seorang pemimpin para filsuf dan disegani, pendapatnya lebih banyak diterima dibandingkan dengan pendapat yang berdasarkan observasi atau percobaan-percobaan sehingga agak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Kemudian dikenal beberapa doktrin yang revolusioner pada saat itu, yaitu:

1. TEORI KATASTROPISMA

Sepanjang abad ke 18 doktrin katastropisme sangat populer. Baron Georges Cuvier dan para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan bumi dan segala kehidupannya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana (catstroph) besar. Flora dan fauna dari tiap zaman itu berjalan tidak berubah dan sewaktu terjadi revolusi maka hewan-hewan ini musnah dan kemudian timbul kembali species flora dan fauna yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Sejarah bumi juga membuktikan adanya pembentukan sederatan pegunungan raksasa secara berulang kali serta masa-masa susut dan genang laut (regresi dan trasgresi) dari dan ke bagian-bagian benua.semua peristiwa-peristiwa itu terjadi secara mendadak dengan sangat dasyat dan berlangsung di seluruh muka bumi.
Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti lembah dan pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori - catastrophism - yang mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok dengan kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan penjelasan yang nyaman untuk adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur jauh di dalam bebatuan di tambang-tambang batubara.
Menurut teori Katastropisma bahwa selma 40.000 tahun terakhir di bumi terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang baru. Oleh karena umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian itu hampir tidak dapat disaksikan oleh manusia. Konon, peristiwa malpetaka yang terakhir terjadi pada zaman Nabi Nuh.
Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropisma mendapat pijakan paling kuat di Perancis, di mana Revolusi Besar 1789-94 memiliki pengaruh yang paling kuat atas psikologi semua kelas, yang gemanya masih terus dibunyikan di semua generasi susul-menyusul. Bagi mereka yang berniat melupakannya, revolusi 1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang sangat jelas atas pengamatan Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri di mana perjuangan kelas selalu dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi Georges Cuvier, naturalis dan geolog Perancis abad ke-19 yang terkenal itu, perkembangan bumi ditandai dengan “sederetan masa-masa pendek yang mengandung perubahan yang intensif, dan tiap masa menandai satu titik balik dalam sejarah. Di antara masa-masa itu, terdapat masa-masa stabilitas yang panjang dan membosankan. Seperti Revolusi Perancis, setelah masa penuh gejolak, segala sesuatunya berubah. Seperti itu pula, waktu geografis dibagi-bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-masing dengan tema dasarnya sendiri.”
Jika Perancis adalah negeri klasik bagi revolusi dan kontra-revolusi, Inggris adalah tanah klasik bagi reformisme dan gradualisme. Revolusi borjuis Inggris, seperti yang terjadi di Perancis, juga terjadi dengan sangat berdarah, di mana Raja kehilangan kepalanya, demikian juga banyak orang lain. Sejak itu “kelas-kelas terhormat” di Inggris telah berusaha keras untuk melupakan hal ini. Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai dengan tidak cocok sebagai “Revolusi Gemilang” 1688, satu kudeta yang sama sekali tidak gemilang di mana seorang avonturir Belanda bertindak sebagai makelar politik dalam sebuah perebutan kekuasaan antara orang-orang kaya baru dari Kota dengan para aristokrat. Kejadian ini telah menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon tentang gradualisme dan “kompromi-kompromi”.
Kejijikan terhadap perubahan revolusioner dalam segala bentuknya diterjemahkan ke dalam sebuah keinginan yang obsesif untuk menghapuskan segala jejak lompatan mendadak yang terjadi di alam maupun masyarakat. Lyell mengajukan satu pandangan yang persis berseberangan dengan katastropisme. Menurutnya, garis batas antara berbagai lapisan geologis tidak menunjukkan adanya perubahan mendadak tapi sekedar mencatat pergeseran pola transisi antara dua lingkungan habitat yang berdekatan. Tidak perlu kita mencari satu pola global. Masa geologis hanyalah satu metode klasifikasi yang enak dilihat, agak mirip dengan pembagian sejarah Inggris menurut siapa yang sedang berkuasa.

2. TEORI UNIFORMITARIANISMA

Menurut teori Evolusi, proses kehidupan di muka bumi ini terjadi karena adanya perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama tanpa tahu titik awalnya dari mana. Faham UNIFORMITARIANISME adalah bagian dari teori Evolusi. Faham ini berdasar pada perubahan fisik yang terjadi perlahan dan memakan waktu lama sekali. Konsep awal dari teori Evolusi tidak berbeda dengan faham ini. LAW of FAUNAL ASSEMBLAGES: "Like collection of fossil organism indicate like geologic ages for the rocks that contain them(Jenis organisme fossil yang didapat mengarah pada usia bebatuan yang ada disekelilingnya)". Keadaan fisik dari permukaan bumi yang diandalkan teori Evolusi adalah strata yang terbentuk menurut struktur lapisan yang berbeda. Sedimentasi atas dan bawah dihasilkan oleh perubahan iklim yang memakan ribuan bahkan jutaan tahun.
James Hutton (1726-1797) menentang konsep malapetaka yang digagas oleh Baron Georges Cuvier. Ia menyatakan bahwa peristiwa katasropisma hanya terjadi secara setempat (lokal). Perubahan-perubahan besar di muka bumi adalah akibat proses fisika dan kimia yang terjadi secara berangsur dan berkesinambungan dan dulu hingga sekarang dan bahkan sampai saat ini kita masih bisa menyaksikannya.
Maka pada abad ke 18, dianggap sebagai permulaan geologi modern, karena pada masa ini James Hutton bapak Geologi Modern, seorang ahli fisika Skotlandia pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul Theory of the earth dimana ia mencetuskan doktrin uniformitarianisme.
Proses dalam bumi terjadi secara berulang-ulang, sehingga munculah diktum the present is the key to the past. Dengan kecanggihan teknologi serta konsep geologi global, para ahli masa kini telah mengembangkan lebih lanjut diktum yang dinyatakan oleh J. Hutton tersebut. Dewasa ini telah dicoba memperkirakan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, sekarang diktumnya menjadi bertambah, the present is the key to the future.
Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut dengan teori uniformitarianisma.
Uniformitarianisma ini merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan bilogi yang berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
Semenjak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan demikian, jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.


DAFTAR PUSTAKA

A Beginning to Understand Geology. 2008. Jurusan Teknik Geologi, Unpad, Jatinangor.
Sapiie, Benyamin dkk.2006.Catatan Kuliah GL-1211 Geologi Fisik. Geologi dan Paleontologi FIKTM, ITB.
Mulyo, Agung. Pengantar Ilmu Kebumian. 2004. Bandung : Pustaka Setia.

0 komentar:

Posting Komentar