Selasa, 01 September 2009

Mengemis bukan sebuah Profesi....!

"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" Sabda Rasulullah Saw yang artinya lebih mulialah orang yang memberi daripada orang yang menerima.

Bersedekah memanglah sangat penting untuk menabung amal di kemudian hari. Tapi apakah kita memberi sedekah pada orang yang tepat? Yah, banyak sekali pengemis yang bertopeng dalam wajah yang pantas dikasihani. Baju compang camping dengan muka lusuh, berkaki pincang dan berkoreng, mengais bayi, atau menuntun seorang tuna netra.

"Gak usah pilih-pilih bersedekah pada siapa, yang penting itu niat kita bersedekah. Serahkan semua pada Allah. Dialah yang mengatur semuanya." 

Tetapi jika saja mengemis itu menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi profesi? Salahkah kita untuk memilih-milih pada siapa kita harus bersedekah? 

Seperti penduduk Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep,  Madura. Dari jumlah penduduk yang ada itu, hampir 80 % bisa dikatakan menggantungkan hidup dengan menjadi peminta-minta. Profesi ini bukanlah hal yang memalukan lagi bagi penduduk Sumenep.

Siapa sangka jika pendapatan pengemis itu jauh lebih besar dari gaji seorang pegawai negeri sipil (Sipil) yang hanya menjadi seorang staf di pemerintahan. Setiap pengemis asal Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep mampu mengumpulkan rezeki dari meminta-minta itu hingga pada kisaran Rp1,5 juta sampai Rp 2,5 juta setiap bulan.

Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.

Meski sudah tergolong kelas ekonomi menengah untuk ukuran desa, namun Ny Halimah mengaku tidak bisa meninggalkan profesinya sebagai penerima sedekah dari orang lain yang sudah turun temurun dilakukan.

Banyak alasan yang dikemukakan. Selain tidak memiliki lahan pertanian yang cukup hingga tidak mempunyai skill yang bisa menghasilkan menutupi kebutuhan hidupnya.

"Saya tidak mempunyai pekerjaan lagi, kecuali menerima sedekah dari orang lain. Dan ini pekerjaan yang telah turun-temurun dan tidak mungkin ditinggalkan," kata Halimah kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (20/8/2009).

Meminta-minta dijadikan sebuah profesi???? Perlu ditekankan, kalau begini kasusnya, mereka bukanlah menerima sedekah tapi meminta sedekah!
  
Tidak sedikit bagi mereka yang mengemis di luar Madura mempunyai kemampuan lebih. Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.

"Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu," katanya seraya menolak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.

Sementara Sekretaris Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Moh Haruji Saleh mengaku tidak risau dengan predikat desa pengemis. "Ini sudah bagian dari kehidupan warga kami sehingga harus menyandang predikat kampung pengemis. Ya tidak apa-apa," ujar Haruji kepada detiksurabaya.com di rumahnya.

Dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan kebiasaan meminta-minta namun menemui kesulitan. Selain mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, juga ada sebagian yang memang tidak mempunyai lahan pertanian.

"Usaha yang bisa dilakukan hanya dengan memutus mata rantai menjadi pengemis. Para kawula mudanya jangan sampai ikut mewarisi profesi orang tuanya itu," terangnya.

Para kawula muda, kata dia, pendidikannya sudah banyak yang masuk perguruan tinggi. Bahkan, ada yang masuk di fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi di Jember. Meski diakui jika biaya untuk menyekolahkan itu dari hasil mengemis, bukan berarti harus menjalankan profesi orang tuanya.



Bagaimana menindak lanjuti kebiasaan mengemis yang sebagian besar telah menyebutnya sebagai profesi?

Jujur saja, aku lebih menghormati penjual koran, pedagang asongan, pemulung, tukang rongsokan, atau apalah ketimbang pengemis yang menggantungkan hidupnya dengan meminta-minta. Masih banyak pekerjaan terhormat daripada meminta-minta. Dan perlu ditekankan, meminta-minta TIDAK PANTAS DIJADIKAN SEBAGAI PROFESI.....

Well, i hope we will be a useful person, for familly, religion and nation. 
 

0 komentar:

Posting Komentar